Background: This study is aimed to reveal the effectivity of calcium and ascorbic acid (vitamin C) combination supplement in bone healing of fractures compared to calcium and vitamin D3
Methods: This study is a randomized clinical trial that involved 30 patients with lower extremity long bone fractures who underwent internal fixation procedure, and divided into two groups. One group was given calcium carbonate-ascorbic acid regiment combination whereas the other group was given calcium carbonate-vitamin D3 regiment. The regiment’s effect on the level of serum calcium, bone alkaline phosphatase (BAP), and osteocalcine (OC) was examined. The results was compared and statistically analyzed.
Results: Administration of calcium carbonate and ascorbic acid combination was be able to increase serum calcium significantly (p = 0.00, 95% CI = 0.59 – 0,87), but not as strong as combination of calcium carbonate with vitamin D3. An increased level of serum BAP and OC was found significantly higher in calcium carbonate and ascorbic acid supplementation group (p value = 0,033, CI -4,18 – -0,19 for BAP, p value = 0,04, CI -2,25 – -0,49 for OC).
Conclusion: The administration of calcium carbonate and ascorbic acid combination supplement increases the serum calcium level, but not as strong as calcium carbonate and vitamin D3 combination.
Latar Belakang: Kondisi patah tulang akan menyebabkan peningkatan kebutuhan kalsium untuk proses penyembuhannya. Pemberian suplemen diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan kalsium sekaligus mempercepat proses penyembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan suplemen kalsium dan asam askorbat (vitamin C) dalam penyembuhan tulang pasca patah tulang dibandingkan pemberian suplemen kalsium dan vitamin D3.
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis terandomisasi yang melibatkan 30 pasien patah tulang panjang ekstremitas bawah pasca fiksasi internal yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberikan suplemen kombinasi kalsium karbonat dan asam askorbat sedangkan kelompok lainnya diberikan kombinasi kalsium karbonat dan vitamin D3. Efeknya terhadap kadar serum kalsium, bone alkaline phosphatase (BAP), dan osteocalcin (OC) diperiksa melalui sampel darah yang diambil secara serial. Hasil yang didapat dibandingkan antara kadar sebelum diberikan perlakuan dengan kadar pasca perlakuan. Analisis statistik dilakukan untuk menentukan signifikasi peningkatan kadarnya.
Hasil: Pemberian kombinasi kalsium karbonat dengan asam askorbat mampu meningkatkan serum kalsium secara bermakna (p=0.00, IK 95% = 0.59 – 0,87), namun tidak lebih kuat dibandingkan kombinasi kalsium karbonat dengan vitamin D3. Peningkatan kadar BAP dan OC juga ditemukan lebih tinggi secara bermakna pada kelompok dengan suplementasi kalsium karbonat dengan asam askorbat (nilai p 0,033 IK -4,18 – -0,19 untuk BAP, nilai p = 0,04, IK -2,25 – -0,49 untuk OC) apabila dibandingkan dengan suplementasi kalsium karbonat dan vitamin D3.
Pembahasan: Kombinasi kalsium karbonat dan asam askorbat melibatkan jalur serta titik tangkap yang berbeda dengan vitamin D3 dan dapat memberikan keluaran yang menyerupai atau lebih baik pada penyembuhan pasca patah tulang. Kombinasi ini dapat dipertimbangkan penggunaannya dengan lebih luas.
Simpulan: Pemberian kombinasi kalsium karbonat dan asam askorbat terbukti dapat meningkatan kadar serum kalsium, namun tidak sekuat pada kombinasi kalsium dan vitamin D3. Suplemen kombinasi kalsium karbonat dan asam askorbat dapat dipertimbangkan dalam tatalaksana pasien patah tulang panjang pasca fiksasi internal.